SIBORU DEAK PARUJAR


Siboru Deak Parujar
By : Jhon Fawer Siahaan
Berabad sudah kau meninggalkan boru deak parujar tanpa kau memikirkan penderitaannya engkau sibuk selalu dengan urusanmu  tanpa memikirkannya, kini deak parujar hanya bisa menangis, sambil menunggu kehadiranmu, dia begitu setia menanti kedatanganmu, jawabannya selalu, engkau kau akan datang untuk menjemputnya,
Berulang kali leang leang mandi  mengingatkanmu supaya engkau tak menungunya tetapi engkau masih tetap saja begitu yakin akan kedatangannya, sembari asik dengan aktisvitasmu dengan memintal benang untuk baju untuk padoha, meskipun kau selalu sedih tapi kau tak pernah menunjukkan kesedihannmu engkau hanya terdiam saja.
Berpuluh tahun sudah kau memintal benang hanya untuk menunjukkan kesetiaanmu jika suatau kelak padoha datang kau akan menyematkan pakaian yang kau pintal selama ini, air matamu bercucur keras dalam penantianmu, air matamu kini cukup mewarnai danau toba yang begitu indah. Berkat bekal keyakinanmulah hingga engkau Tak sekalipun kau berniat untuk meninggalkan padoha.
Tetapi bukan hanya itu mungkin yang kau sedihkan karena aku melihat didalam kerut keningmu seolah ada yang kau sembunyikan, aku hanya menangkap bahwa ada yang lebih besar lagi yang kau pikirkan, mungkin aku hanya bisa menebak apa yang kamu pikirkan selama ini, apakah engkau begitu sedih melihat kolam pemandiaanmu yang begitu keruh, danau yang begitu kau sucikan kini telah kotor, bambu-bambu yang kau tanam dan pohon-pohon yang begitu rindang tempatmu berteduh dulu, kini tak ada lagi kini telah habis dibabat.tempatmu berteduh pun tak ada lagi, angin begitu berhembus kencang hingga rambutmu tak pernah beraturan lagi, sebab angin itu terlalu mengganggumu, hanya karena tiada lagi bambu untuk menghalangi angin yang berhembus. Engaku cukup lelah sebenarnya sembari merapikan benang pintalanmu yang kadang berhamburan hingga rambutmu pun kini tak sempat kau urus lagi. Mungkin saja engkau ingin mandi di danau toba kebanggaanmu dulu, tapi engkau kini tak niat lagi karena begitu jorok. Bisa saja itu yang membuat rambutmu makin tak terurus.
Kadang aku ingin berbuat sesuatu untuk mengurangi bebanmu selama ini untuk membersihakan kolam pemandiaanmu dan membuat tanaman rindang sebagai tempatmu berteduh sembari tempat duduk untukmu agar engaku bisa tersenyum memintal benang dan memandangi kolam pemadianmu. Bukan hanya itu saja engkau akan melihat ikan mas berkeliaran kesana kemari, sembari pora-pora ikut mengikuti geliat ikan mas seolah tidak ada perbedaan diantara mereka mereka begitu akur jalan bersama dengan tawa riang dan terseyum melihat engkau.
Tetapi kini telah jauh berbeda aku tak melihat lagi kebersamaan diantara ikan itu, mereka dikerangkang hingga tak bisa bersatu dengan yang lain, pora-pora kini terkucilkan seolah ruang untuk dia tak diberikan dan tak ada lagu yang mempedulikannya, badanya yang dulu gemuk dengan asupan giji yang baik kini telah kurus kering, akibat limbah-limbah berminyak itu, lebih baik aku mati saja, mungkin itulah pikiran yang ikan pora-pora itu sekarang karena makin hari limbah itu makin menyesatkannya. Dia tak bisa lagi tertawa dia cukup sedih ketika mereka tak bisa bermain bersama lagi, bukan hanya itu ikan masa yang dulu sudah jauh berbeda dengan ikanmasa yang dulu mungkin sekarang sudah cukup sombong hingga tak mau bertegur sapa dengan pora-pora yang berkeliaran disampingnya. Bisa saja mungkin karaena ikan masa yang kini berada di tempat pemandianmu bukan lagi ikan yang dulu bisa saja mereka didatangkan dari negeri seberang sehingga mereka tak mampu berkata-kata dengan pora-pora yang selalu tersenyum kepadanya bukan hanya itu kini orang itu salaing ,memakan tanpa memikirkan siapa dia siapa aku.
Aku juga telah melihat itu semua aku juga cukup sedih dengan itu tetapi aku tak mampu berbuat apa, raksasa-raksasa yang besar yang melebihi tenagaku lebih cepat mengotori kolam pemandianmu, pohon-pohon yang kutanam lebih dulu mereka menebangnya hingga tak ada yang bersisah, kerangkeng-kerangken yang dibuat untuk mengurung ikan peliharaanmu cukup banyak bertebaran dengan jala-jala yang begitu kuat hingga ikan mas yang dulu menari-nari kini tak bisa lagi, kini mereka hanya menunggu ajal saja kapan mereka diasingkan.
Ternyata bukan hanya itu juga rupanya boru deak parujar yang kau sedihkan selama ini begitu banyak bebanmu pomparanmu yang sekarang tersebar dimana-mana yang dulu hidup bergandengan bersama-sama baka pora-pora dan ikan mas  yang selalu bersama-sama dalam baik dan duka seolah menciptakan perbedaan, dan malah perbedaan itu yang selalu diceritakan hinga tak satu pun diantara mereka yang mengalah tak cukup hanya disitu saja pomparanmu kini telah terpisah-pisah dan seolah menujukkan siapa diantara mereka yang lebih kuat. Seolah kini pomparanmu tak ada lagi yang peduli dengan pemandianmu mereka kini berebut itu milik siapa padahal setahuku itu adalah milik bersama, bukan hanya milik yang tinggal disana. Karena tanah-tanah itu telah di perjualbelikan, bona pasogit itu pun kini tak di hargai lagi, persoalan mereka hanyalah persoalan tanah.
Beratus tahun kau masih tetap memintal  tak pernah berhenti meskipun kau selalu dalam kesedihan sudah berapa banyak kah sekarang yang kamu pintal, karena menurutku pintalanmu bukan hanya untuk Padoha yang kau nantikan itu tapi bisa saja engakau memintal untuk pomparanmu supaya suatu saat kau bisa memakaikan itu untuk mereka supaya jelaslah diantara pomparanmu tidak ada yang berbeda mungkin dengan itulah engkau bisa tersenyum, untuk melihat kebersamaan mereka dengan sebuah harapan mereka akan bersama membersihkan kolam pemandianmu dan membuat tempat berteduhmu dibahwa Hariara Nabolon jika panas teri matarari menerpamu engkau bisa berteduh. 
Penulis Aktif Di Komunitas Mahasiswa Pecinta Sejarah (KoMPaS)
  

Komentar

Postingan Populer