SEJARAH OPERA BATAK


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya raya baik dalam segi agama, ras, suku, dan budaya sehingga negara Indonesia terkenal dari kebihinekaannya, tetapi banyak kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia saat ini  mulai memudar hal ini disebabkan minimmya keinginnan masyrakat Indonesia untuk menuliskan berbagai hasil kebudayaannya dalan bentuk tulisan, kebanyakan hasil kebudayaan jaman dahulu dituturkan secara lisan sehingga lambat laun perngertian akan makna budaya itu semakin berkurang.
Maka diperluhkan penulisan terhadap sejarah budaya itu sendiri, sehingga generasi muda paham dan mengerti tentang asal-usul budaya yang dimiliki bangsanya sendiri karena hal tersebut sangat diperlukan mengingat apa yang terjadi sekarang banyak negara yang saling mencaplok kebudayaan negara lain hal itu tidak lepas dari kurangnya pemahaman nilai historis yang dimiliki generasi sekarang sehingga hal tersebut bisa terjadi.
Untuk hal ini penulis tertarik membahas tentang sejarah budaya yaitu budaya batak, seperti yang kita ketahui bahwa batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang mendiami sumatera utara yang secara sosiologi dan antropologi terdiri dari Batak Toba, Batak Karo, Batak Pak-Pak, Batak Angkola, Batak Mandailing dan Batak Simalungun. Sebagaimana suku bangsa di dunia ini pasti memiliki ragam budaya dan seni, begitu juga dengan suku batak tentunya, ada hal yang menarik yang perlu diteliti seperti seni opera, penelitian ini dirasa perlu karena minimnya pengetahuan masyrakat sekarang tentang seni opera batak. Opera Batak adalah opera (gaya) batak, yang konon berkembang di Tanah Batak pada kurun waktu 1920-an. Istilah opera merupakan saduran kata yang menunjukkan bahwa dalam setiap pementasannya terdapat lakon (sandiwara), tari (tor-tor), musik (gondang) dan vokal (ende). Sebagai bentuk kesenian tradisi, opera batak sangat melekat dalam ingatan masyarakat batak yang hidup pada zaman 1920-an sampai akhir 1980-an. Hidup pada zaman transisi kebudayaan ternyata menuai sukses, ketika Opera Batak Serindo yang didirikan oleh Tilhang Gultom bisa melaksanakan pertunjukkan di Istana Merdeka (Kantor Presiden), pada zaman Soekarno.
Pada akhir tahun 1980-an merupakan awal memudarnya opera batak di tengah zaman kemajuan teknologi seperti radio, tape recorder dan video (televisi). Mati surinya opera batak yang telah melakukan berbagai pementasan di Sumatera Utara mengagasi bahwa sangat perlunya dilakukan revitalisasi karya kebudayaan ini. Baik dalam segi penulisan sejarahnya dan upaya untuk membangkitkannya kembali. Maka peneliti memutuskan untuk meneliti tentang “Sejarah Opera Batak”

1.2  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut:
a.       Sejarah munculnya opera di Tapanuli
b.      Perkembangan sejarah Opera Batak di sumatera utara
c.       Factor-faktor yang menyebabkan Opera Batak kurang berkembang  Uumatera Utara
d.      Upaya pelestarian Opera Batak di Sumatera Utara

1.3  Pembatasan Masalah
Lingkup masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada asfek sejarah Opera Batak yang meliputi sejarahnya, perkembanggannya dan proses kemundurannya di Sumatera Utara. Lingkup wilayah study dalam penelitian ini yakni dibatasi pada bagian kota Sumatera Utara tepatnya Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) yang berpusat di Pematangsiantar.

1.4  Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      bagaimana sejarah munculnya opera batak di Tapanuli
2.      bagaimana proses perkembangan Opera Batak di Sumatera Utara?
3.      Apa faktor-faktor yang menyebabkan Opera Batak kurang berkembang di Sumatrera Utara.
4.      Bagaimana upaya pelestarian Opera Batak diSumatera Utara

1.5  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui sejarah munculnya opera batak di Tapanuli
2.      Untuk mengetahui proses perkembangan Opera Batak
3.      Untuk mengetahi factor-faktor yang mengakibatkan Opera Batak kurang berkembang di Sumatera Utara
4.      Untuk mengetahui upaya pelsetarian Opera Batak di Sumatera Utara.




1.6  Mamfaat Penelitian
Adapaun mamfaat penelitian ini adalah:
1.      Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejarah Opera Batak di Tapanuli
2.      Menambah wawasan bagi peneliti serta pembaca tentang kearifan lokal yang dimiliki masyrakat Batak pada era sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan.
3.      Memberikan wawasan kepada peneliti tentang penulisan karya ilmiah.
4.      Bagi masyrakat, menambah wawasan dan pengetahuan akan seni Opera Batak sebagai kearifan lokal.
5.      Bagi UNIMED, menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan, khususnya Univesitas Negeri Medan.
6.      Bagi pemerintah, diharapkan dengan adanya penelitian ini, pemerintah lebih memperhatikan kearifan-kearifan lokal, masa dulu dan tetap melestarikannya sebagai aset bangsa.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
Manusia dan kebudaayaan merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan diturukan secara turun temurun dan yang pastinya setiap mayarakat memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, oleh sebab itu percampuran dua  atau lebih budaya yang berbeda sudah hal yang biasa.
Koenjaraningrat (1990:186) memberikan 3 hal mengenai kebudayaan yang dapat diciririkan ke dalam pengertian-pengertian sebagai berikut:
·         Sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyrakat
·         Nilai, norma ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur-stuktur social, kepercayaan yang menjadi ciri khas sesuatu masyarakat
·         Proses belajar dan bukan sesuatu yang diwariskan secara biologis.
Sementara menurut Taylor dalam Poerwanto (2008:52), kebudayaan, kebudayaan didefinisikan sebagai
“keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian hukum, moral adat, dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyrakat”
.
Dari pendapat diatas, konsepsi tentang kebudayaan sangat bervariasi, hal tersebut tidak lepas dari pemikiran tentang azas-azas pembentukan kebudayaan itu sendiri, hal itu tidak lepas dari cara mahlup manusia itu sendiri sesuai dengan pola tindakan dan kelakuannya, berdasarkan pada aspek belajar sesuai dengan proses sehingga kebudayaan itu melekat pada masyrakat dan diwariskan.
Poerwanto (2008:89) menjelaskan ada tiga pandangan untuk memahami proses perkembangan kebudayaan yakni
a.               kebudayaan bersifat superorganik dan merupakan wujud tertinggi dari individu pendukung suatu kebudayaan. Manusia dapat mempengaruhi aspek tertentu dari dirinya sendiri, sementar itu kebudayaan juga bergerak mengikuti aturannya sendiri.
b.              Kebudayaan hanya merupakan suatu konsep untuk kontruksi. Proses perkembangan kebudayaan lebih dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman individu dalam suatu masyrakat sekalipun tidak semuannya pengalaman tersebut dipengaruhi alam sekitarnya.
c.               Kebudayaan bersifat abstrak dan merupakan suatu kontruksi serta bukan suatu entitas yang dapat diperhatikan secara menyeluruh.

Dalam perkembangan kebudayaan, maka masyrakat mengalami perubahan social. Menurut Soemarjan dalam Soekanto (1990: 337) perubahan social adalah:
“perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyrakatan didalam suatu masyarakat untuk mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilakunya diantara kelompok-kelompok dalam masyrakat”
Dari pendapat diatas bahwa perubahan budaya itu sewaktu-waktu dapat berubah. Sehingga pelestarian budaya itu sangat bergantung pada manusia itu sendiri. Kebudayaan memiliki tujuh unsur universal yaitu bahasa, religi, system pengetahuan, sistem pengetahuan, sistem mata pencarian, organisasi social, sistem teknologi dan kesenian.
Kesenian dalam Poerwanto (2008;8) menyatakan bahwa kesenian adalah merupakan segala sesuatu hasil daya cipta atau buah pikiran manusia yang bersifat indah. Cabang kesenian tersebut dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu kesenian modern dan kesenian tradisional.
Kesenian tradisional adalah bentuk kesenian yang lahir berdasarkan nilai tradisional masyrakat dan kesenian modern adalah kesenian yang lahir dari pengaruh modernisasi .
Oleh sebab itu kesenian dapat dibagi menjadi tiga kategori cabang kesenian antara lain yaitu: seni rupa, seni arsitektur, seni pertunjukan. Dan opera batak sendiri termasuk dalam seni pertunjukan karena  dalam pementasan terdapat lakon (sandiwara), tari (tor-tor), musik (gondang) dan vokal (ende).


B. Kerangka Teori

            1. Sejarah
Perkatan sejarah mempunyai banyak pengertian dan semuannya mengandung arti yang sama yaitu cerita tentang peristiwa dan kejadian masa lampau, yang mempunyai data dan fakta yang jelas. Pengertian lain dari sejarah yaitu, sejarah berasal dari bahasa arab yaitu syajara yang berarti terjadi, syajarah yang berarti pohon, syajarah an-nasah yang berarti pohon sisilah Kontowijoya, (2003:1). dalam bahasa Inggris History( sejarah) berasal dari kata benda yunani istoria, yang berarti ilmu. Menurut defenisi yang paling umum, kata history kini berarti masa lampau umat manusia Nugroho Notosusanto (2006: 33), sejarah tidak lepas dari manusia karena manusia sendirilah obyek sejarah. Dalam kamus besar bahasa Indonesia oleh Poerwadarminta (1986: 646) mengemukakan bahwa sejarah adalah “ kesusastaraan lama sisilah, asal usul, kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, ilmu pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau”.
Dari pengertian diatas dapat kita ketahui bahwa pengertian sejarah itu sangatlah luas dan menyangkut perubahan dan juga peristiwa ataupun kejadian dalam kehidupan manusia yang benar-benar terjadi dan dikaitkan dengan masa lampau dengan fakta-fakta tertentu yang nantinya dapat dijadikan sebagai ilmu atau metode untuk masa yang akan datang. Dan Kontowijoyo (2003:2) menambahkan, peristiwa sejarah itu mencakup segala yang dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia.

2.      Opera
Pemahaman atas Opera menurut Poerwadarminta (1986:687) merupakan sebagai sandiwara dengan nyanyi dan music. Lebih lanjut Tambunan Anggur menyebutkan dalam Simanjuntak (1986:252) tontonan atau sitontonon ialah cerita lakon yang dibawakan di atas pentas dan ini di sebut opera batak. Dari pengertian diatas dapat kita menyimpulkan bahwa opera batak merupakan drama atau sandiwara yang dilakonkan diatas pentas  yang disertai dengan iringan music dan nyanyi.Dalam setiap pementasan opera batak terdapat lakon (sandiwara), tari (tor-tor), musik (gondang) dan vokal (ende) inilah yang menjadi keunikan seni ini sehingga seni opera batak sangat diminati pada tahun 1920-1980.
Salah satu bukti bahwa opera batak pernah ada dapat diketahui dari kutipan berikut ini:
“pertunjukan keliling kelompok-kelompok teater itu di pedalaman pesisir timur dan tapanuli kemudian membangkitkan ide untuk menciptakan sebuah bentuk ekspresi budaya asli serupa. Pelopornya adalah Tilhang Oberlin Gultom, pemuisk tradisional dari samosir. Berasal dari kalangan tani, bakat music tilhang mendorongnya untuk membentuk sebuah trio yang dimulai tahun 1925, denagn cepat dikenal sampai tarutung dia tampil atas permintaan parmalim.berdasarkan keahlian yang dimiliki sehingga Mohamed hamzah mengusulkan agar dia mendirikan “opera batak” tahun 1927 tilhang pindah kesiantar memperbesar kelompoknya dan dinamakan opera”( Daniel Perret 2010:349-350).
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang keberadaan opera batak ini, dapat kita lihat dari kutipan berikut:
 “Di balige ada pula Koran berkala: bendera kita. Ada rumah sakit, sendirinya juga dokter-dokter, pendidikan juru rawat dari misi. Ada lapangan bola, dan ada pertandingan teratur ada pertandingan local. ada klub tenis. Semuanya dapat ditonton, juga bioskop. “opera batak”, rombongan sandiwara”.(Sitor Situmorang 1982: 28)
            Dari hal diatas kita dapat mentimpulkan bahwa opera batak pernah mewarnai pertunjukan di sumatera dan di berbagai tempat lainya, dan sangat diminati penduduk pada saat itu, terlebih sebelum muncul media elektonik, sebuah kearifan lokal yang menyuguhkan cerita-cerita local maupun legenda yang pernah ada ditanah batak.
3.      Batak
Batak menurut Poerwadarminta, (1986 : 95) Batak I (istilah sastra lama) adalah petualang, pengembara. Kemudian derivasinya dalam membatak (mengembara, bertualang, gelandangan, merampok, menyamun, merampas) dan pembatak (perampok, penyamun). Batak II, dikaitkan dengan suku bangsa di Sumatera Utara. dari hal diatas bahwa istilah batak mempunyai pandangan negative pada masa kini yang masih dalam perdebatan dan klaim bukan batak bermunculan. Secara antropologis bahwa Batak itu sendiri terdiri dari, Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing. Pak-pak
Batak secara historis dan geneologis masih dalam perdebatan hal itu tidak lepas dari minimnya catatan sejarah tentang suku ini, referensi yang ada tidak dapat dijadikan tolak ukur karena tidak saling berhubungan.

  1. Perkembangan
Menurut Herbart dalam Ahmadi (1991:18) dinyatakan bahwa “Proses perkembangan bukan berlangsung dari sesuatu yang simpel ke sesuatu yang kompleks melainkan berlangsung dari sesuatu yang bersifat global (menyeluruh tetapi samar-samar) ke makin dalam makin keadaan jelas nampak bagian-bagian  dalam keseluruhan itu”
Selanjutnya Munawar (2005:1) menyebutkan pendapatnya bahwa perkembangan menunjukkan suatu  proses tertentu yaitu suatu proses menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali.
Sedangkan menurut Yulius (1984:104) bahwa perkembangan itu merupakan perubahan keadaan. Dengan demikian perubahan itu tidak semuanya mengarah kepada bentuk kemajuan tetapi dapat juga berubah ke arah kemunduran walaupun kita selalu berharap perubahan ke arah yang lebih baik.
Dari beberapa pendapat di atas penulis lebih setuju dengan pendapat Yulius yang menyatakan bahwa perubahan tidak selalu ke arah kemajuan tetapi kadang ke arah kemunduran.
5 . Pelestarian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pelestarian berasal dari kata lestari yang artinya adalah “ tetap seperti keadaanya semula, tidak berubah, kekal”
Melestarikan adalah “menjadikan (membiarkan ) tetap tidak berubah, membiarkan tetap seperti keadaan semula, mempertahankan keberlangsungan”
Dalam hal ini, pelestarian Opera batak diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk menjadikan atau membiarkan Opera Batak tetap dilindungi dan dipertahankan seperti keadaan semula sehingga Opera Batak tetap ada dan tidak mengalami kemunduran atau mati suri.
5.      Kearifan Budaya Lokal
“Kearifan budaya lokal merupakan pengetahuan lokal yang sudah demikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos, yang dianut dalam jangka waktu yang lama”.
Dari pengertian di atas bahwa Opera Batak merupakan pengetahuan lokal yang sudah menyatu dan dianut dalam jangka waktu yang lama dan diekspresikan lewat sebuah seni pertujukan.


B. Kerangka Berpikir
Sejarah lahirnya Opera Batak
Media cetak/ elektronik
Pemerintah (dukungan)
Upaya pelestarian Opera Batak
Pasang surut Opera Batak
 












Adapun yang menjadi kerangka berpikir dari penelitian ini, dapat digambarkan dengan skema berikut:
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak yang begitu besar bagi segala aspek kehidupan masyrakat nusantara, sehingga terjadi akulturasi antara kebudayaan bangsa asing dengan bangsa ini, hal ini bukanlah hal yang kebetulan semata. Seperti contoh opera batak, kita ketahui bahwa opera itu bakanlah bahasa batak ataupun bahasa Indonesia melainkan bahasa asing yaitu bahasa italia. Opera batak merupakan sebuah karya seni yang sangat diminati pada jamannya hal itu tidak lepas dari minimnya dunia hiiburan pada saat itu, sehingga opera cukup melekat pada masyarkat sumatera timur dan tapanuli pada saat ini, sehingga pandangan beberapa kelompok nasionalis hal ini dirasa perlu untuk membangkinkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia pada kala itu, sehingga opera batak dijadikan sebagai media untuk menyampaikan beberapa wacana politik pada masyrakat kala itu.
Munculnya media televise dan radio membuat seni ini kurang diminati, sehingga seni ini lambat laun makin redup tapi hal ini tidak lepas dari stigma yang dibangun pada masa orde baru yakni pelaku opera dianggap hina serta parah pelaku kawin keboh, sehingga minat generasi muda terhadap seni ini makin berkurang, dan makin redup bisa saja stigma ini di bangun karena opera dianggap berbahaya pada kekuasaan tertentu karena lakon dalam opera batak selalu melahirkan wacana kristis masyrakat sebab beberapa adengan yang dilakukan berdasarkan analisa kehidupan setempat. Dan tidak jarang lakon yang dimainkan dalam opera batak berupa sindiran politik bagi pihak yang berkuasa.
Opera Batak merupakan sebuah kearifan local yang patut dikembangkan kembali dan memperkenalkan kesenian opera batak ke generasi muda batak sekarang agar nilai historis opera batak tidak hilang bagi generasi muda.


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode merupakan cara atau jalan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Dalam hubunganya dengan penelitian ini, maka yang dimaksud dengan metode adalah cara atau jalan memecahkan masalah yang terjadi dengan mengumpulkan data serta berbagai informasi yang mendukung. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan mengunakan metode penelitian deskriftif kualitatif dan metode penelitian kepustakaan(library research).
Penelitian lapangan yaitu kegiatan yang dilakukan di lapangan atau yang dilakukan dilingkungan masyarakat  tertentu, baik dilembaga-lembaga dan organisasi kemasyrakatan (social) maupun lembaga-lembaga pemerintahan. Sedangkan metode deskriftif adalah usaha pencarian fakta dengan interpestasi yang tepat atau usaha untuk mendeskripsikan atau menggambarkan atau melukiskan fenomena atau suatu keadaan atau peristiwayang sedang di kaji untuk menemukan jawaban yang tersistematis, factual dan akurat. Untuk memperkuat literature dilakukan study pustaka (library rieseach) dengan mengumpulkan literature maupun referensi yang berkaitan dengan penelitian.
3.2. Lokasi Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutukan dalam penelitian ini, penulis menetapkan lokasi penelitian di pematang siantar.
Alasan pemilihan lokasi penelitian di siantar, dikarenakan siantar sebagai tempat pusat revitalisasi opera batak, kemudian penulis mengenali dan memahami daerah tersebut, serta yang membuat peneliti terdorong untuk menuliskan sejarah opera batak karena belum pernah dituliskan oleh orang lain kemudian penulis pernah ikut dalam pertunjukan seni opera batak sehingga penulis ingin mendalami opera tersebut secara ilmiah.
3.3 Sumber Data
Data yang digunakan penulis yaitu data primer dan data sekunder yang berhubungan langsung dengan topic penelitian. Data primer dapat diperoleh melalui wawancara dengan Alister nainggolan, Zulkaidah Harahap (tokoh maestro opera batak) serta Thompson Hs sebagai penggagas revitalisasi opera batak, dan masyrakat batak yang pernah mengetahui dengan jelas seni pertunjukan opera batak. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumen/arsip-arsip yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.


3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:
1.      Observasi( pengamatan)  langsung yaitu pengumpulan data dengan mengamati perkembangan opera batak pada masa sekarang
2.      Wawancara langsung yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian terutama dalam hal sejarah opera batak
3.      Study dokumen yaitu teknik yang dilakukan dengan mempelajri buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber informasi tertulis lainya yang berkaitan dengan sejarah opera batak sehingga melengkapi data dari hasil wawancara.

3.6  Teknik Analisa Data
Setelah dilakukan pengumpulan data melalui observasi dan wawancara, dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Data yang terkumpul baik dari hasil observasi, wawancara, dan dokumen-dokumen tertulis lainya akan dianalisis secara kualitatif dan deskriftif untuk mencapai tujuan penelitian. Selanjutnya, setelah data yang telah dianalisis dan di interprestasikan, peneliti merangkum keseluruhan hasil penelitian sehingga diperoleh suatu kesimpulan dan hasil penelitian disusun secara sistematis dalam suatu laporan penelitian berbentuk skripsi.















Pedoman wawancara
1.      Bagaimana sejarah lahirnya opera batak?
2.      Siapakah tokoh-tokoh yang mempunyai peranan dalam lahirnya Opera Batak di Tapanuli? Serta apa perananya!
3.      bagaimana peranan Opera Batak pada masa penjajahan.paska kemerdekaan terhadap bangsa Indonesia khususnya bagi rakyat Tapanuli?
4.      Pretasi-prestasi apakah yang sudah pernah di raih Opera Batak pada masa kejayaanya.
5.      Apa penyebab Opera Batak mati suri?
6.      Kebudayaa lokal banyak diberangus pada masa orde baru, adakah hubungan mati surinya Opera Batak dengan Orde Baru?
7.      Upaya apa yang dilakukan untuk melestarikan kembali Opera Batak

Komentar

Postingan Populer