Siapakah Batak
Terbit
di harian batak pos, 19052012 Siapakah
batak?
Oleh:
Jhon Fawer Siahaan
Ahir-ahir
ini kita dikejutkan dengan berbagai pendapat yang kurang masuk akal, pemahaman
yang selama ini kita amini dibongkar habis apakah ini sebagai bukti hilangnya
identitas bangsa? atau hanya isu yang sengaja dibuat demi kepentingan kelompok
tertentu.
Klaim
bukan batak bukanlah hal yang aneh terlebih masa sekarang terlebih hal ini
menjadi persoalan yang menarik untuk
dibahas, pembahasan tentang sejarah batak menjadi semakin mengambang dan tidak
terarah, menjadi sebuah kompetisi gaga-gagahan dengan pendapat suku kami yang
lebih tua, dan kami bukanlah bagian dari batak, dari pernyataan tersebut lantas
muncul pertanyaan penulis siapakah batak itu???
Sejarah
historis
Referensi-referensi
tentang batak begitu banyak tetapi titik temu dari referensi tersebut hampir
tidak ada. hal inilah yang membuat bahwa sejarah batak menjadi persoalan dan
tidak adannya koherensi dari beberapa teori yang dikemukakan. beberapa pendapat
ataupun pandangan tentang batak seperti
teori cuningham menyatakan bahwa batak telah ada sekitar 2000 SM, tetapi kalau
kita mengacu dari sejarah siraja batak, bahwa batak muncul sekitar tahun 1400,
sangat bertolak belakang, belum lagi batak yang sering dikaitkan dengan Mesir lewat
kapur barus, dan kemenyan dari hal tersebut bahwa kita dapat mengatakan bahwa
batak telah ada pada jaman sebelum masehi.Kesimpang siuran sejarah inilah yang
menjadi perdebatan mana yang menjadi tolak ukur bagi generasi batak mendatang,
mitologi pusut buhit atau siraja batak atau peninggalan yang dimiliki batak itu
sendiri seperti hubungan batak dengan mesir dan kerajaan roma
Pendapat
tentang penamaan batak itu sendiri juga masih dalam perdebatan. dalam pustaha
lak-lak sendiri bahwa kata batak tidak ditemukan, kata batak sendiri muncul
ketika orang eropa datang ke sumatera sehingga dia menyebut “bata”, tetapi
dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa kata batak itu ada yakni petualang
atau pengembara. Penyebutan batak oleh orang eropa dijadikan sebagai tolak ukur
bahwa batak tidak ada, sehingga klaim bukan batak itu sendiri muncul.
Tetapi
kita mengetahui bahwa dalam masa perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut
kemerdekaan ada beberapa organisasi kesukuan sebut saja jong batak,bahwa
pengakuan tentang batak itu sendiri telah ada semenjak dulu dan orang yang
mendeklarasikan jong batak adalah orang simalungun yakni Kaliamsyah Sinaga.
Sangat aneh jika perdebatan tentang batak itu sendiri harus dipersoalkan masa
kini yang hanya membuang waktu saja dan pastinya akan menimbulkan perdebatan
yang dapat memicu konflik sesama batak.
Harapan
kedepan
Perdebatan
tentang batak harusnya bukanlah perdebatan siapa yang lebih tua dan klaim bukan
batak, tetapi bagaimana batak nantinya memikirkan untuk masa yang akan datang
demi terciptanya kesejateraan bagi generasi yang akan datang dan mempunyai
sumbangsih bagi bangsa Indonesia tercinta, kita harus mengakui bahwa secara
cultural kita memiliki persamaan misalnya dalam filosofi dalihan natolu, system
aksaranya dan tata pemerintahannya hal inilah harus kita jadikan tolak ukur
bahwa kita memiliki kesamaan yang satu dengan yang lain terlebih ke enam puak
batak secara geografis berdekatan hal ini sangat nyata dan tidak bisa
diperdebtakan. Sebab perdebatan yang muncul pada masa sekarang ini tidak lepas
dari kepentinga kelompok. Tetapi kita harus mementingkan secara umum.
Pelestarian budaya dan
aset yang dimiliki bangsa ini seperti danau toba misalnya harusnya menjadi
tanggung jawab bersama kita batak, jika kita masih tetap memikirkan kelompok
yang pastinya tidak akan mampu menyelesaikan masalah.
**Penulis alumni
jurusan sejarah aktif dalam diskusi Budaya dan tergabung dalam komunitas
mahasiswa pecinta sejarah (KoMPaS).
Komentar
Posting Komentar