“Karo In Our Mind” Menyatukan Yang Berbeda Menjadi Semangat Kebersamaan

Jhon Fawer Siahaan
Pertunjukan musik tradisi karo in our “Karo In Our Mind” yang dilangsungkan di taman budaya akhir-akhir ini, membawa muatan dan pesan yang bagi generasi muda, di saat para pemuda mulai meninggalkan akar budaya, namun Karo in Our Mind kembali menghadirkan catatan-catatan sejarah tentang Karo yang di kemas lewat musik, Tari dan Audio Visual.

Garapan Karo In Our Mind di gagasi sebuah kelompok musik yang masih terbilang baru di Sumatera Utara mereka menamakan group mereka Simalem Arts yang terdiri dari para mahasiswa muda yang mencoba mencari gagasan mereka terdiri dari beberapa Univesitas Di Sumatera Utara yakni Methodist, Unimed, dan USU mereka adalah Ricky Noris Bukit, Iwanda Sitepu, Ardi, Frans Tarigan, Hary Simajuntak, Wiranata Sembiring, Paris Limbeng, Erik Tarigan, Ricky Hutabarat, Mangara Butar-Butar.
Berawal dari sebuah gagasan ingin mengangkat tradisi karo lewat musik di di bulan November 2013 hingga terkumpul beberapa personil yang siap terlibat di januari 2014, proses yang terbilang singkat sekitar Lima namun mereka mampu mewujudkanya. bukan hal yang mudah terlebih mereka bukan berasal dari satu Universitas namun berbeda kampus serta belum berpenghasilan, namun semangat mengantarkan mereka membentuk sebuah karya dan garapan.

Dalam pertunjukan Karo In Our Mind menampilkan 5 karya dengan garapan secara kolosal dengan melibatkan berbagai unsur seni, pertunjukan seni yakni adanya penampilan Tari dari Group Samoland Ethnic, Komunal Primitif Ahado Project dan Asemeninta Tarigan
Unsur seni yang terlibat masih tergolong baru dan mau menampilkan karya mereka baik musik dan Tari serta ada tambahan Audio Visual.  Dan masing-masing group masih dari kalangan mahasiswa seperti Samoland Ethnic mereka adalah mahasiswa seni Tari Unimed yang terdiri dari  Siska Batubara, Rinda Turnip, Marta Sinaga, Rini Sinaga, Devi Lasroha Sinaga, Farida Christin Siallangan, Nove Hero Saragih, Yusnindia Barus. Ahado Project mereka merupakan kelompok musik dari Unimed yang terdiri dari Hardiansyah Achjar, Agus Prawijaya dan Jonny Siregar dan Komunal Primitif merupakan kelompok percussion dari mahasiswa USU yang terdiri dari Fredy Purba, Benny Purba, Arnold Sitorus, Ando Sipayung, Tinok Hutabarat, Deny Siregar, Dan Sintong Pasaribu.
Jika dilihat dari sisi kemasan cukup unik dan menarik Cuma masih terlihat minim apresiasi dari para masyarakat di Sumatera Utara khusunya medan. Pertujukan di dilangsungkan di gedung Utama taman budaya di Jalan Perintis Kemerdekaan di buat menjadi dua Sesi, sesi pertama untuk pelajaran dan sesi kedua untuk Umum.
Sesi Pelajar dan Umum tidaklah ada perbedaan yang signifikan namun sebelum pertunjukan Karo In Our Mind pertunjukan dimulai dengan perform dari group musik Ahado project dengan 2 karya mereka yang menjadi pemicu semangat dalam pertunjukan simalem Arts sehingga peononton tertantang untuk melihat lebih jauh bagaimana perform dari Simalem Arts.
Setelah pertunjukan Ahado Project dan pembukaan Karo In Our Mind pun di mulai dengan karya pertama dengan judul Njile Pemena (Kolaborasi Samoland Ethnic, Komunal Primitif, Percusion, Simalaem Art Dan Asemeninta Tarigan) Njile pemena merupakan karya aransemen gaya Simalungun Rakyat yang mencoba keluar dari gaya original Simalungun Rakyat yang diciptakan tanpa mengurangi nilai nila dan gaya, karya ini di mulai dari pukulan gordang Sambilan sehingga emosi penonton naik dan di sambut dengan nada tanggetang dan kulcapi. Serta paduan pemutaran Audio Visual yang berlatar belakang tanah Karo Tempo Dulu
Kedua Culture kolaborasi dengan Komunal Primitif  karya ini menggangkat Instrumen Karo tradisi dn modern dimana tradisi dan modern tetap pada pendiriannya. Karya ketiga lebih unik lagi  yakni memadukan antara instrumen tradisional Karo dengan Gondang danTaganing mereka menamakan karya ini Rytem Kebersamaan. Rytem Kebersaman ini menjadi emakin menarik ketika alat musik Toba dan Mandailing dan Karo menyatu dan membetuk sebuah suara yang cukup indah di dengar dengan penyampain pesan kebersamaan.
Lebih lanjut adalah Soul Of Sora Karo yakni penciptaan nada Kulcapi beru dengan instrument tradisional Batak Toba dengan Tujuan mempersatukan budaya tanpa memandang perbedaan.semakin menguatkan pesan kebersamaan dari karya ketiga.
Karya terahir dalam pertunjukan Simalem Arts adalah Gurda-Gurdi kolaborasi Simalem Art dengan Samoland Ethnic karya ini semakin hidup yakni kolaborasi antara Tari dan Musik karya ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat Karo yakni kehidupan seorang putrid yang bersahabat dengan seekor burung yang di namai si Gurda Gurdi, dan pada suatu saat sang Putri dan Si Gurdi Melanggar Pantangan. Namun karya ini di mulai dengan pertunjukan seni lakon atas kondisi tanah karo yang pada umumnya bertani.
Simalem Arts mendapat Apresiasi dari Hendrik Perangin-angin selaku konsultan karya dalam  sambutanya di tengah acara mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah hal yang mudah terlebih mereka dari kalangan mahasiswa banyak pertarungan di dalamnya, namun dia menegaskan bahwa dia akan tetap mendukung mereka semampunya dan berharap bahwa simalem Arts Bukan hanya hari ini namun bakal tetap eksis sampai selamanya.
Lebih lanjut Ojax Manalu mengatakan bahwa Simalem Arts sudah lahir semoga ini pemicu bagai generasi mudah yang lain, tetap semangat dan berkarya, berkarya bukan persoaln tempat dan modal namun semangat Simalem Arts Sudah membuktikanya, dan selalu mendukung kreatifitas kawan-kawan.
Simalem Arts juga menggandeng beberapa pekarya yang berlainan bidang konsentrasi seni, antara lain; Hendrik Perangin-angin (Konsultan karya), Ojax Manalu (art director), Agus Susilo, Izal White, Adie Damanik, Ane Soleyman, Brevin Tarigan, Daniel Tambun, dan Jhon Fawer Siahaan (Team kreatif). Konser musik ini didukung penuh oleh komunitas-komunitas seni; Teater Rumah Mata, Air In Arts, Coro Siantar.
Karo In Our Mind mencoba membawa pesan bagi kita untuk lebih ingat akan sejarah dan semangat kebersamaan tanpa membedah-bedahkan antara suku, lewat pertunjukan Simalem Arts semoga kita tersadar dan lebih mencintai Budaya dan Sejarah tanpa membeda-bedakan, jika dalam alat musik antar puak yang berbeda bisa menghasilkan sebuah suara atau nada yang indah bagaimana dengan masyakatnya.

·         Penulis merupakan salah satu penonton dalam pertunjukan Karo In Our Mind Aktif di Gerakan Sosial

Komentar

Postingan Populer