Urine dan Feses KJA PT AN, Lebih Membahayakan


Urine dan Feses KJA PT AN, Lebih Membahayakan
Masih berdasarkan penelitian Pohan Panjaitan, yang mengutip hasil kajian ilmiah sebelumnya di bidang budidaya ikan (Beveridge and Philips, 1993) menemukan bahwa sebesar 74,59% produk nitrogen hasil metabolisme ikan tilapia (nila) dibuang melalui urine dan hanya 25,41% produk nitrogen ikan tilapia diekskresikan dalam bentuk feses. 
Dengan demikian, total jumlah nitrogen yang dibuang dalam bentuk urine ikan tilapia pada Kerambah Jaring Apung (KJA) PT Akuafarm sebanyak 5,14 ton untuk pakan jenis 1 dan 5,16 ton untuk pakan jenis 2, dengan asumsi sebesar 5% pakan tidak terkonsumsi oleh ikan. 
Sedangkan total jumlah nitrogen yang diekresikan melalui feses ikan tilapia pada KJA PT Aquafarm sebanyak 1,75 ton untuk pakan jenis 1 dan 1,76 ton untuk pakan jenis 2.

Melalui pendekatan biomas, pakan yang digunakan dengan menggunakan hasil analisis kadar air pakan dan ikan yang dipakai serta konversi pakan 1,8, maka jumah limbah padatan yang dihasilkan oleh KJA PT Aquafarm Nusantara (AN) adalah sebesar 168,72 ton per hari untuk jenis pakan 1 dan 169.220 ton per hari untuk jenis pakan 2. 

Limbah padatan ini juga merupakan potensi bagi perairan Danau Toba untuk meningkatkan padatan tersuspensi, terkoloid dan terlarut serta pendangkalan danau mengingat pengeluaran utama Danau Toba hanya Sungai Asahan. Partikel padatan yang selalu mengendap di dasar danau tidak mungkin dikeluarkan dari Sungai Asahan karena air yang keluar dari danau bukan dari bawah tetapi dari atas.

Limbah organik KJA yang berupa bahan organik; yang biasanya tersusun oleh karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur dan mineral lainnya (Polprasert, 1989). Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap, koloid, tersuspensi dan terlarut. Dengan demikian, KJA PT AN dengan menggunakan limbah 200 ton per hari telah mempunyai potensi yang besar untuk menurunkan kualitas air.

Pada umumnya, yang dalam bentuk padatan akan langsung mengendap menuju dasar perairan. Sumbangan partikel padatan sekitar 169 ton per hari oleh KJA PT Aquafarm dapat mempercepat pendangkalan perairan Danau Toba. Sebab pengeluaran utama danau adalah Sungai Asahan yang airnya dikeluarkan dari atas danau dimana semua padatan selalu tertinggal di dasar danau.
Sisa pakan dan feses ikan KJA PT AN yang mengandung bahan organik dapat berupa padatan tersuspensi, terkoloid dan terlarut yang sangat berpengaruh kecerahan dan kekeruhan selanjutnya berkaitan erat dengan proses fotosintesis dan respirasi organisme perairan. Tingginya padatan tersuspensi, terlarut dan terkoloid dapat merusak sistem pernapasan ikan dan larva ikan yang hidup di danau

Sisa pakan dan hasil metabolisme ikan KJA PT AN sebagai limbah di badan air Danau Toba jika tidak dimanfaatkan oleh fauna perairan lain, seperti ikan, kepiting, bentos dan lainnya; maka akan segera dimanfaatkan oleh mikroba; baik mikroba aerobik (mikroba yang hidupnya memerlukan oksigen); mikroba anaerobik (mikroba yang hidupnya tidak memerlukan oksigen) dan mikroba fakultatif (mikroba yang dapat hidup pada perairan aerobik dan anaerobik).

Semakin banyak limbah organik yang masuk dan tinggal pada lapisan aerobik akan makin besar pula kebutuhan oksigen bagi mikroba yang mendekomposisi. Bahkan jika keperluan oksigen bagi mikroba yang ada melebihi konsentrasi oksigen terlarut maka oksigen terlarut bisa menjadi nol dan mikroba aerobpun akan musnah digantikan oleh mikroba anaerob dan fakultatif yang untuk aktifitas hidupnya tidak memerlukan oksigen. 

Pengaruh pertama proses dekomposisi limbah organik di badan air aerobik adalah terjadinya penurunan oksigen terlarut dalam badan air. Fenomena ini akan mengganggu pernapasan fauna air seperti ikan batak dan udang-udangan; dengan tingkat gangguan tergantung pada tingkat penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan jenis serta fase fauna. Dengan demikian, maka dalam kondisi konsentrasi oksigen terlarut menurun akibat dekomposisi; larva ikan batak dan jenis organisme lain akan lebih menderita ataupun mati.

Menurut saya, boleh jadi seperti yang ditengarai Pohan, dalam penelitiannya itu, kasus kematian ikan mas mendadak yang sering terjadi di Danau Toba, ada hubungannya dengan dekomposisi itu. Seperti kasus kematian ribuan ikan mas di Nagori Marihat Bukit, Simalungun, pertengahan tahun lalu. Sama dengan kasus-kasus sebelumnya, penyebab kematian itu selalu diduga karena virus KHV. Pertanyaan mengapa virus itu bisa muncul? Terutama sejak 20 tahun belakangan ini?

Kepunahan Makhluk Endemik
Penelitian Pohan menyimpulkan, bahwa sisa pakan dan hasil metabolisme ikan berupa urine dan feses berupa limbah organik dari KJA PT AN yang masuk ke badan air yang anaerob akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba anaerobik atau fakultatif yang menghasilkan sel-sel mikroba baru juga menghasilkan senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa lainnya seperti amin dan komponen fosfor. 

Asam sulfide (H2S) dan amin adalah senyawa yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap, misalnya H2S berbau busuk dan amin berbau anyir. 

Selain itu telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi tertentu adalah beracun dan dapat membahayakan organisme lain, termasuk ikan endemik setempat (ikan batak) 

Dekomposisi juga dapat menghasilkan kondisi perairan yang cocok bagi kehidupan mikroba fatogen yang terdiri dari mikroba, virus dan protozoa (Polprasert, 1989), yang setelah berkembang-biak, setiap saat dapat menyerang dan menjadi penyakit yang mematikan ikan batak, udang dan fauna lainnya. (habis) (Oleh: Jones Gultom)
sumber: http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/02/09/11745/urine_dan_feses_kja_pt_an_lebih_membahayakan/#.URjH6h03uuk

Komentar

Postingan Populer